Kanal

Setelah 80 Tahun, Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura Pulang Kampung

SIARAN.CO.ID, PEKANBARU- Masyarakat Provinsi Riau dapat menyaksikan langsung Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura yang selama ini disimpan di Museum Nasional lebih dari delapan dekade atau 80 tahun kalender, dalam pameran Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau. 

Mahkota tersebut pulang kampung, dan  tiba di Pekanbaru disambut dengan prosesi adat di Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Rabu petang (6/8/2025). Prosesi tersebut menjadi penanda kembalinya simbol kejayaan Kerajaan Siak ke tanah asalnya.

Pameran tersebut juga akan berlangsung pada 7-10 Agustus 2025 di Jalan Sultan Syarif Kasim, tepatnya di depan Masjid Raya Annur, Kota Pekanbaru. Pameran akan dibuka setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 20.00 WIB. 

Prosesi penyerahan dan penyambutan Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura di LAMR, Rabu (6/8/2025). (Foto: ANTARA/Bayu Agustari Adha) 

 

Mahkota akan dipamerkan bersama dua artefak lainnya, yakni pin atau lencana kesultanan Siak dan pedang peninggalan Sultan Siak.

Ketua Panitia Pameran Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, bahwa kehadiran mahkota asli Kesultanan Siak menjadi daya tarik utama pameran tahun ini. 

"Pameran tahun ini sangat luar biasa karena untuk pertama kalinya mahkota, pin, dan pedang Sultan Siak kembali ke Riau setelah sekian lama," kata Roni yang juga Kepala Dinas Pariwisata Riau.

Roni menyebut sepanjang pengetahuannya, ini merupakan kali pertama masyarakat Riau dapat melihat langsung ketiga benda pusaka tersebut.

Pihak Museum Nasional Indonesia telah memberikan izin peminjaman benda-benda pusaka tersebut dengan prosedur keamanan yang ketat. 

Dalam sejarahnya, disampaikan Roni, Mahkota Siak dibawa ke Jakarta pada tahun 1945, saat Sultan Syarif Kasim II menyerahkan simbol-simbol kebesaran kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan. Selain mahkota, sang sultan juga menyumbangkan dana sebesar satu juta gulden untuk perjuangan negara yang baru merdeka.

Mahkota Kesultanan Siak merupakan salah satu artefak kerajaan Melayu yang paling megah di Indonesia. Dibuat pada abad ke-19, mahkota ini terbuat dari emas, berlian, rubi, zamrud, dan mutiara. Mahkota tersebut memiliki berat 1.803,3 gram, diameter 33 sentimeter, dan tinggi 27 sentimeter.

Disampaikan Roni pula, kehadiran mahkota ini dalam pameran pembangunan dipandang sebagai momen penting dalam memperkuat kembali jati diri dan kebanggaan masyarakat Melayu Riau terhadap warisan sejarah dan budayanya. 

Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri Haji Raja Marjohan Yusuf, mengungkapkan rasa syukur atas kembalinya mahkota ke Bumi Melayu.

Ia menyebut perjuangan panjang masyarakat adat Riau akhirnya membuahkan hasil, sebuah momen yang sarat makna kebudayaan dan sejarah.

"Mahkota ini adalah lambang marwah Melayu. Ia bukan sekadar benda pusaka, tetapi saksi bisu kontribusi besar Kesultanan Siak dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sultan Syarif Kasim II bahkan menyumbangkan 13 juta gulden untuk kemerdekaan negeri ini. Maka, tugas kita adalah menjaga amanah dan merawat warisan ini sebagai inspirasi untuk masa depan," ujar Marjohan Yusuf.

Sejarah mencatat, mahkota tersebut terbuat dari emas murni dengan hiasan permata dan inskripsi kecil bertuliskan "Balaruh Tadali" dalam bahasa Arab, yang bermakna pengakuan atas keesaan Allah dan pancaran cahaya ilahi.

Mahkota ini diyakini dibuat sekitar abad ke-19 oleh perajin Jawa yang didatangkan khusus oleh Sultan Syarif Kasim I.

Kini, dengan kembalinya Mahkota Siak ke Riau, masyarakat dapat menyaksikan dan mempelajari kembali kejayaan Kesultanan Siak, sebuah kerajaan yang telah mewariskan nilai-nilai luhur tentang persatuan, keikhlasan, dan cinta tanah air kepada bangsa Indonesia.(srn2) 

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER